Petuah Ulama: Amalkan Ilmumu!

Terdapat banyak nukilan dari para ulama salaf rahimahumullah tentang celaan bagi yang tidak menyibukkan diri dengan amal dan tidak memperhatikannya. Salah satu di antaranya adalah perkataan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu“Perumpamaan ilmu yang tidak diamalkan seperti harta yang tidak diinfakkan di jalan Allah.”[1]

Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya tentang seorang pemuda yang banyak menulis hadits, maka Beliau berkata, “Seharusnya dia memperbanyak amal dengan ilmunya sesuai dengan bertambah ilmunya yang dia pelajari.” Kemudian Beliau berkata, “Jalan ilmu seperti jalan harta. Sesungguhnya harta apabila bertambah, maka bertambah pula zakatnya.”[2]

Al-Khatib rahimahullah berkata, “Sebagaimana harta tidak bermanfaat kecuali diinfakkan, seperti itu pula tidak bermanfaatnya ilmu kecuali bagi yang mengamalkan dan menjaga kewajibannya. Maka hendaklah dia melihat kepada dirinya dan memanfaatkan waktunya. Sesungguhnya tempat tinggal itu sedikit, perjalanan itu dekat, jalan itu menakutkan, kelengahan itu merajalela, bahaya itu besar, dan pengawas itu melihat, dan Allah senantiasa mengintai, dan hanya kepada-Nyalah kita kembali dan kita dibangkitkan.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat atom, maka dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar atom, maka dia akan melihat balasannya pula.” [QS. Az-Zalzalah: 7-8].”[3]

Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Al-Qur’an diturunkan untuk beramal dengannya, tetapi manusia hanya menjadikan tilawahnya saja sebagai amal.”

Ibnul Jauzi rahimahullah menjelaskan, “Mereka mencukupkan membacanya saja dan meninggalkan beramal dengannya.”[4]

Seorang pemuda berkata kepada Ibrahim bin Adham rahimahullah, “Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Berdoalah kepada-Ku, maka akan aku kabulkan untukmu.” [QS. Al-Mukmin: 60] Dalam ingatan kita, kita telah berdoa namun tidak jua dikabulkan?!” Maka Ibrahim pun berkata kepadanya, “Hal itu disebabkan oleh lima hal.” Pemuda itu bertanya, “Apa saja itu?” Maka Ibrahim pun menjawab, “Engkau mengenal Allah namun engkau tidak menunaikan hak-Nya. Engkau membaca Al-Qur’an namun engkau tidak beramal dengannya. Engkau mengatakan, ‘Kami mencintai Rasul,’ namun engkau meninggalkan sunahnya. Engkau mengatakan, ‘Kami melaknat iblis’, namun engkau menaatinya. Terakhir, engkau melupakan aibmu dan mencari-cari aib orang lain.”[5]

Sufyan Ats-Tsaury rahimahullah berkata, “Semoga Allah merahmati Abu Hazim[6]. Beliau berkata, “Hari ini manusia ridho dengan ilmu namun mereka meninggalkan amal.’”[7]

Malik bin Dinar rahimahullah berkata, “Sesungguhnya seorang hamba apabila menuntut ilmu untuk mengamalkannya, maka ilmunya akan menolongnya, dan apabila dia menuntut ilmu untuk hal selainnya, maka bertambahlah kejelekan dan kesombongannya.”[8]

Abdullah bin Mu’tazzi rahimahullah berkata, “Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah”. Beliau juga berkata, “Ilmu orang munafik itu ada pada perkataannya dan ilmu orang mukmin itu ada pada amal perbuatannya.”

Ma’ruf Al-Kurkhi rahimahullah berkata, “Apabila Allah menghendaki seorang hamba kebaikan, maka Allah akan membukakan untuknya pintu amal dan menutup untuknya pintu debat. Namun apabila Allah menghendaki seorang hamba keburukan, maka Allah akan membukakan untuknya pintu debat dan menutup untuknya pintu amal.”

Hasan rahimahullah pernah mendengar suatu kaum berdebat, maka Beliau pun berkata, “Mereka adalah suatu kaum yang bosan beribadah, tergesa-gesa dalam bicara, dan sedikit kewara’annya. Maka mereka pun berbicara.”[9]

Basyr bin Harits rahimahullah berkata, “Ilmu itu baik bagi yang mengamalkannya dan barangsiapa yang tidak mengamalkannya maka ilmu itu akan mencelakainya.”

Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata, “Ilmu itu apabila tidak memberimu manfaat, maka dia akan memberimu mudharat.” Khatib menjelaskan, “Maksudnya, apabila dia tidak memanfaatkannya dengan mengamalkannya, maka ilmu itu akan mencelakainya dengan menjadi hujjah atasnya.”[10]

Termasuk nukilan yang bagus dalam hal ini adalah bahwa Sufyan pernah ditanya, “Mana yang lebih engkau sukai; menuntut ilmu atau beramal?” maka Beliau menjawab, “Sesungguhnya yang diinginkan dari ilmu adalah amal. Oleh karena itu, janganlah engkau meninggalkan menuntut ilmu karena amal dan jangan pula engkau meninggalkan amal karena menuntut ilmu.”[11]

 

Penerjemah: Roni Nuryusmansyah
Artikel: www.kristalilmu.com

Dialihbahasakan dari Kitab Syaikh Abdur Razzaq bin Abdil Muhsin Al-Badr hafizhahumallah, Tsamratul ‘Ilmil ‘Amal, Bab: Dzammu Man Laa Yasytaghilu Bi al-‘Ilmi, hal. 41-45

 

__________
[1] HR. Khatib, dalam Iqtidha’ (Hal. 12), Syaikh Albani rahimahullah berkata: “Isnadnya mauquf, tidak bermasalah.”
[2] Iqtidha’ (Hal. 148)
[3] Iqtidha’ (Hal. 20)
[4] Talbis Iblis (Hal. 137)
[5] Jami’u Bayan al-‘Ilmi (hal. 1220)
[6] Dia adalah Salamah bin Dinar Al-A’raj. Dia termasuk perawi hadits yang tsiqah.
[7] HR. Ahmad, dalam kitab Al-‘Ilal (hal. 2659)
[8] HR. Khatib, dalam kitab Al-Iqtidha’ (hal. 31-33). Syaikh Albani rahimahullah berkata, “Isnadnya mauquf, tidak bermasalah.”
[9] Fadhlu ‘Ilmi As-Salaf (hal. 37)
[10] Semua atsar-atsar ini terdapat dalam kitab Iqtidha’u Al-‘Ilmi Al-‘Amal karya Khatib
[11] HR. Abu Nu’aim, dalam kitab al-Hilyah (7/12)


Warning: Use of undefined constant rand - assumed 'rand' (this will throw an Error in a future version of PHP) in /home/customer/www/kristalilmu.com/public_html/wp-content/themes/ribbon/single.php on line 35

Comments

  1. By Hasriani Ahmad EL Buniyah

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *