Kiat Mendulang Faedah dari Buku
Allah ta’ala menciptakan kita untuk beribadah kepada-Nya di atas ilmu. Di antara cara yang utama dalam menuntut ilmu adalah dengan membaca buku. Karena ilmu itu sejatinya bisa didapat dengan dua cara: Pertama, mengambilnya dari guru; dengan cara menghadiri majelis/pengajian mereka serta menyimak ilmu berupa ucapan dan perkataan dari lisan mereka. Kedua, mengambilnya dari buku; dengan cara membaca tulisan mereka yang tertuang di dalam karya-karya mereka.
Kebutuhan kita dalam membaca buku sangatlah besar, mengingat dewasa ini semakin sedikitnya ulama yang berada di tengah-tengah kita dan semakin lemahnya semangat kita duduk belajar dari mereka. Jika dahulu para ulama salaf duduk menghadiri majelis guru berjam-jam selama bertahun-tahun (yang lebih dikenal dengan mulazamah), kini kita kehilangan semangat seperti mereka. Kesempatan seperti itu pun kini semakin langka.
Alhamdulillah masih tersisa sarana untuk terus belajar ilmu agama. Sebuah sarana yang telah melampaui berbagai peradaban, tak lekang oleh waktu dan tempat. Sarana itu adalah membaca buku. Ilmu memang tak pernah jauh dari buku. Dengan membaca buku kita bisa berguru dengan sekian ulama bahkan yang hidup ratusan tahun lalu di mana pun dan kapan pun. Sebuah nikmat yang selayaknya disyukuri oleh para penuntut ilmu.
Akan tetapi betapa banyak orang yang membaca dan membaca, akan tetapi ia tidak mendapatkan banyak manfaat dan faedah dari apa yang dia baca. Dia gagal memahami dan tak kuasa menyampaikan apa yang ia baca. Nah, berikut ini beberapa kiat dan tips sederhana agar kita bisa memaksimalkan bacaan kita sehingga kita bisa memetik manfaat dan mendulang faedah dari buku yang kita baca.
Menentukan Buku
Di antara hal yang harus diperhatikan sebelum membaca hendaklah kita memilih buku yang baik. Caranya bisa dengan meminta saran kepada guru/ustaz tentang buku yang baik untuk dibaca sesuai dengan kemampuan dan skala prioritas, serta bisa mengarahkan langkah yang tepat dalam membaca. Hal ini bertujuan agar kita tidak salah/keliru dalam menentukan buku. Betapa banyak pembaca buku tidak bisa mengambil faedah dari buku yang dibacanya karena ternyata buku yang ia baca terlalu tinggi untuk pembaca pemula sepertinya dan faktor lainnya.
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seorang alim rabani itu adalah orang yang mengajarkan manusia hal-hal yang kecil sebelum hal-hal yang besar(1).” Begitu juga seorang pembaca yang baik. Dia akan memulai dari hal-hal yang kecil sebelum hal-hal yang besar.
Seorang guru/ustaz juga bisa memilihkan buku dengan syarah/penjelasan terbaik atau penerbit terbaik jika buku tersebut memiliki syarah dan penerbit lebih dari satu.
Hal lain yang patut untuk diperhatikan adalah hendaknya pembaca memulai buku yang dia suka atau sesuai minatnya. Dengan begitu pembaca akan lebih bersemangat untuk membaca dan mengambil faedah dari bacaannya.
Dengan meminta nasihat dan pertimbangan guru, kita juga bisa selamat dari buku-buku yang tidak baik untuk dibaca, semisal buku filsafat, buku yang berisi banyak penyimpangan akidah dan pokok agama, buku yang berisi hadis-hadis yang lemah, dan yang semisalnya.
Membuka Buku
Di antara hal yang diperhatikan saat membuka buku kali pertama adalah:
– Mengenal judul buku
– Mengenal penulis/pengarang buku
– Membaca daftar isi untuk mengetahui tema/isi buku secara garis besar
– Membaca mukadimah
Mukadimah atau prolog adalah bagian yang penting di dalam buku. Di sana acap kali penulis memaparkan metodologi kepenulisannya, makna istilah-istilah tertentu, dan banyak hal lainnya yang penting untuk diketahui pembaca sebelum membaca buku tersebut.
Misalnya istilah muttafaq ‘alaih di dalam Bulughul Maram dipakai Al-Hafizh Ibnu Hajar untuk menyebutkan hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim. Akan tetapi di dalam Al-Muntaqa, Imam Majduddin, kakek dari Ibnu Taimiyyah, memaksudkannya untuk hadis riwayat Imam Ahmad, Imam Bukhari, dan Imam Muslim(2). Begitu juga apa mazhab penulis yang disebutkan dalam bukunya, siapa yang dimaksud dengan gurunya di dalam bukunya, dan hal lainnya yang terkadang tidak diketahui sebagian besar pembaca namun penting untuk memahami kitab terkadang dijelaskan di dalam mukadimah. Jadi jangan pernah melewatkan mukadimah jika ingin mendulang banyak faedah.
Saatnya Mendulang Faedah
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendulang faedah saat membaca buku:
– Menyiapkan buku catatan untuk mencatat faedah.
Idealnya kita memiliki buku khusus seputar faedah sesuai dengan disiplin ilmu. Misalnya buku faedah tentang akidah, ada tentang fikih, dst. Hanya saja jika tidak memungkinkan maka kita bisa memaksimalkan beberapa kertas kosong yang biasanya terdapat di belakang buku (biasanya dalam kitab arab).
– Membuat jadwal (waktu dan tempat) membaca yang terjangkau sesuai kemampuan.
Di antara alasan terbesar seseorang tidak membaca buku adalah kesibukan, waktu, dan sebagainya. Oleh sebab itu kita harus menentukan jadwal khusus untuk membaca, dengan waktu dan tempat yang spesifik. Karena manusia berbeda-beda kesibukannya, maka berbeda pula jadwalnya. Misalnya: di masjid setelah salat Subuh, atau di kantor ketika istirahat makan siang, atau di ruang belajar jam 8 malam.
– Menetapkan target yang terjangkau sesuai kemampuan.
Baik berupa durasi waktu atau banyaknya halaman/lembar. Misal 20 halaman atau 30 menit. Jangan memaksakan target di luar kemampuan. Tidak mengapa di awal-awal sedikit, yang penting konsisten, rutin, dan berkesinambungan. Lama kelamaan target bisa dinaikkan seiring dengan naiknya kemampuan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya amalan yang paling Allah cintai adalah yang kontinyu meskipun sedikit.”(3)
– Mencatat/menandai faedah baru yang didapat.
Di antara kiat yang kerap kali disampaikan oleh para ulama adalah mencatat faedah. Baik di buku khusus yang telah disediakan, atau di halaman belakang seperti yang telah kita singgung sebelumnya. Di antara cara mencatat faedah adalah dengan menulis ulang faedah yang didapat atau menulis judul/tema faedah. Lebih baik lagi jika dicatat nomor halamannya biar mudah dirujuk kembali.
Lihatlah bagaimana para ulama dahulu terbiasa menuliskan karya yang berisi faedah-faedah yang didapat, seperti Al-Fawaid karya Ibnul Qayyim dan Shaidul Khathir karya Ibnul Jauzi. Baik faedah yang didapat dari buku, guru, maupun yang terlintas dalam benak.
– Tidak tergesa-gesa dalam membaca.
Membacalah halaman demi halaman. Terkadang seorang pembaca tidak sabar dan tergesa-gesa sehingga melewatkan faedah penting. Membaca itu seperti hal lainnya yang semakin sering dilakukan maka semakin terlatih. Semakin sering membaca maka seseorang akan semakin cepat membaca dan semakin efektif dalam memungut faedah.
– Jika memungkinkan bacalah buku yang telah dibaca/catatan faedah berulang-ulang.
Mengulang-ulang membaca buku adalah hal yang biasa bagi para ulama. Al-Muzani rahimahullah, murid Imam Syafi’i, membaca kitab Ar-Risalah milik gurunya sebanyak 50 kali.(4). Bisa jadi ketika membaca kali kedua kita akan memahami dan mendapatkan faedah lebih banyak daripada kali pertama.
Membaca Bebas
Selain menggunakan waktu khusus, kita juga bisa menggunakan serpihan waktu yang biasa terbuang untuk membaca bebas. Seperti di halte, mengantri, saat menunggu pesan makanan, waktu senggang, saat istirahat bekerja, dan lain-lain. Lebih baik buku yang dibaca saat membaca bebas adalah buku yang ringan, maksudnya tidak membutuhkan pemahaman yang mendalam. Bisa juga kutaib/buku kecil atau buku catatan faedah kita. Kita juga bisa mencatat faedah jika memungkinkan.
Demikianlah tulisan sederhana yang diharapkan bisa sedikit menginspirasi kita untuk memaksimalkan bacaan kita. Akhi kata semoga kita semua bisa menjadi hamba yang mengamalkan perintah Allah ta’ala dalam firman pertama-Nya: iqra, bacalah, sehingga kita menjadi umat yang selalu dibimbing dengan ilmu para ulama serta beramal dan berdakwah di atasnya.
Roni Nuryusmansyah
__________
(1) Ma’alim fi Thariq Thalab al-Ilm, hal. 45
(2) Lihat Kitab al-Ilmi, hal. 87
(3) HR. Bukhari dan Muslim
(4) Ma’alim fi Thariq Thalab al-Ilm, hal. 68
Daftar Pustaka:
Abdul Aziz as-Sadhan. Ma’alim fi Thariq Thalab al-Ilmi. 1431/2010. Cetakan kelima. Darul Qabas: Riyadh – Arab Saudi.
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin. Kitab al-Ilmi. 1435/2014. Cetakan kesembilan. Muassasah asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin: Unaizah – Arab Saudi.
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin. Syarh Hilyah Thalib al-Ilmi. 1434/2013. Cetakan pertama. Muassasah asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin: Unaizah – Arab Saudi.
Warning: Use of undefined constant rand - assumed 'rand' (this will throw an Error in a future version of PHP) in /home/customer/www/kristalilmu.com/public_html/wp-content/themes/ribbon/single.php on line 35