Keran Rezeki

Rezeki selalu menjadi misteri besar bagi setiap insan. Ada beribu tanda tanya memenuhi benak tatkala seseorang berbicara tentang rezeki. Ia merupakan potongan puzzle takdir kehidupan seseorang. Tak seorang pun yang tahu secara pasti mengenai rezekinya, sebagaimana tak seorang pun tahu pasti masa depan dan kematiannya.

Keyakinan bahwa rezeki itu berada di tangan Allah Ta’ala adalah suatu hal yang mutlak harus terpatri dalam jiwa seorang mukmin. Rezeki telah tertulis di Lauh Mahfuzh jauh sebelum kita terlahir ke dunia. Dan manusia tidak akan mati hingga ia mengambil seluruh rezeki yang tertulis untuknya.

Akan tetapi bukan artinya kita duduk termangu menatap langit, berharap emas dan perak turun layaknya rinai hujan yang membasahi bumi. Bukan pula duduk tergugu berpangku tangan menatap pintu, berharap seorang yang berbaik hati datang memberikan sejumlah uang.

Karena sejatinya, manusia dituntut untuk menjemput rezeki yang telah Allah tetapkan untuknya. Sebagaimana keran, ia tidak akan mengalirkan air kecuali kitalah yang memutarnya. Ia tidak akan meraih rezekinya kecuali dengan usaha yang juga telah Allah gariskan untuknya.

Berikut ini adalah amalan yang telah Allah sebutkan di dalam kitab-Nya dan melalui lisan Nabi-Nya sebagai pembuka pintu rezeki:

Takwa
Takwa adalah kunci dari berbagai hal, termasuk di antaranya rezeki. Dengan takwa, urusan seseorang hamba akan dimudahkan. Dengan takwa, kesempitan berubah menjadi kelapangan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan barang siapa yang bertakwa pada Allah, maka ia akan diberikan jalan keluar dan akan diberikan rezeki dari arah yang tidak dapat disangka-sangka.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Lihatlah bagaimana Allah Ta’ala menjadikan takwa sebagai pembuka keran rezeki terbaik bagi seorang mukmin. Tanpa diduga, tanpa dikira, tanpa dinyana, rezeki itu pun datang dari arah yang tidak dapat disangka-sangka. Bahkan terkesan ajaib dan fantastis. Terkadang rezeki orang yang bertakwa memang misterius dan di luar nalar manusia.

Dalam konteks lain, Allah Ta’ala menjanjikan keberkahan yang melimpah ruah bagi suatu negeri apabila para penduduknya beriman dan bertakwa. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, maka pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96)

Syukur
Seseorang tentu lebih senang kepada orang yang mensyukuri pemberiannya daripada orang yang tidak mensyukurinya. Begitu pula Allah Ta’ala, Dia menyukai hamba-hamba-Nya yang bersyukur. “Jika kamu bersyukur maka pasti Kami akan menambah nikmat yang ada pada diri kalian, dan jika kalian mengingkarinya, maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Taubat & Istighfar
Taubat dan istighfar merupakan salah satu usaha yang dapat mengantarkan seseorang mukmin mendapatkan kekayaan dalam kehidupan di dunia ini. Nabi Nuh ‘alaihissalam memberikan kabar gembira berupa keluasan rezeki yang akan Allah berikan jika seandainya umatnya mau bertaubat kepada Allah. Allah Ta’ala menyebutkan dalam Al-Qur’an kisah Nabi Nuh ‘alaihissalam yang artinya, “Maka aku katakan, “mohon ampunlah kepada Rabb kalian. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan yang lebat dari langit kepada kalian. Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anak kalian, serta mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untuk kalian.” (QS. Nuh: 10-12)

Silaturahmi
Silaturahmi adalah salah satu investasi terbesar untuk mendulang rezeki. Dan hakikatnya, menyambung silaturahmi itu kepada mereka yang memutus hubungan silaturahmi kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan diberikan umur yang panjang, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.”[1]

Usaha dan Tawakkal
Tawakkal adalah sebab paling prinsipil dalam mendatangkan rezeki. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan kebutuhannya.” (QS. Ath-Thalaq: 3).

Allah Ta’ala akan meluaskan kesempitan rezeki bagi siapa saja yang bertawakal, berserah diri kepada Allah sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sungguh, sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, maka kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung-burung diberi rezeki. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar lalu pulang pada petang hari dalam keadaan kenyang.”[2]

Infak
Berinfak di jalan Allah adalah salah satu pintu rezeki. Sejatinya, harta yang kita miliki adalah yang kita infakkan. Dan infak tidaklah mengurangi harta ataupun membuat seseorang jatuh miskin. “Dan apa saja yang kalian infakkan di jalan Allah, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah sebaik-baik yang memberi rezeki.” (QS. Saba’: 39)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Tidak ada satu hari pun yang dilalui oleh seorang hamba melainkan terdapat dua malaikat turun ke bumi. Salah satu dari mereka berkata, “Ya Allah, berikanlah rezeki sebagai pengganti bagi orang yang berinfak dan hilangkanlah rezeki dari orang yang pelit.”[3]

Doa
Doa adalah senjata orang mukmin dalam berbagai hal. Tak terkecuali. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun pernah berdoa, meminta kecukupan, dan berlindung dari kefakiran serta terbebas dari lilitan hutang. “Dan Rabb kalian berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, maka akan Kuperkenankan bagi kalian.” (QS. Al-Mukmin: 60)

Dan masih banyak lagi amalan lain yang tidak mampu kami paparkan di lembaran singkat ini.

Keran rezeki memang selalu misterius. Tak ada rumus baku atau standar tetap untuk menjadi patokan. Keran rezeki yang kita miliki tidak ada kaitannya dengan seberapa keras kita bekerja. Realitanya begitu banyak manusia di luar sana membanting tulang, bermandikan peluh, namun keran rezekinya kecil dan tersendat. Tidak pula seberapa cantik atau rupawan kita dan tidak juga seberapa cerdas dan pintar kita.

Namun, Allah telah menetapkan sebagian amalan ibadah di atas yang mampu mempermudah lancarnya keran rezeki seorang hamba atas izinnya. Sebaliknya, bisa jadi seorang hamba yang lalai dari amalan ibadah tersebut disempitkan rezekinya sebagai cobaan baginya.

Akan tetapi perlu diingat, tidak selayaknya kita melaksanakan semua ibadah tersebut dengan niat semata-mata hanya agar ingin dilancarkan rezekinya. Tidak. Karena tujuan ibadah adalah untuk meraih rida Allah. Adapun rezeki yang mengalir adalah bonus tambahan yang Allah berikan kepada siapa yang Dia kehendaki.

Ingat, rezeki tak akan pernah tertukar!

 

6 Muharram 1434 H / 20 November 2012
Disempurnakan di atas kasur tidurku yang semakin tipis
Asrama STDI Imam Syafi’i Jember

Penulis: Roni Nuryusmansyah, mahasiswa STDI Imam Syafi’i Jember
Editor: Hidayatullah, dewan editor buletin An-Nashihah
Pemurajaah naskah: Ust. Muhammad Yassir, Lc, dosen STDI Imam Syafi’i Jember dan penulis di majalah Pengusaha Muslim
Artikel: www.kristalilmu.com

*Artikel ini pernah dimuat oleh Buletin Dakwah An-Nashihah, Kampus STDI Imam Syafi’i Jember, pada hari Jum’at, 30 November 2012

 

__________
[1] HR. Bukhari
[2] HR. Tirmidzi
[3] HR. Bukhari dan Muslim

*source image


Warning: Use of undefined constant rand - assumed 'rand' (this will throw an Error in a future version of PHP) in /home/customer/www/kristalilmu.com/public_html/wp-content/themes/ribbon/single.php on line 35

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *