Ingin Berdakwah Tapi Tak Fasih Bicara

Saya ingin berdakwah, akan tetapi saya bukanlah orang yang fasih dalam berbicara. Apa yang harus saya lakukan?

Syekh Dr. Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim hafizhahullah menjawab,
“Kefasihan dan kecakapan dalam berbicara bukanlah syarat di dalam dakwah kepada Allah. Kalim Ar-Rahman, Nabi Musa ‘alaihissalam, bukanlah orang yang fasih berbicara. Beliau meminta kepada Allah,

وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي

“Dan lepaskanlah kekakuan dari lisanku.” (QS. Thaha: 27)

Sedangkan musuhnya Fir’aun termasuk orang yang fasih dan pandai berbicara. Oleh sebab itu Allah Ta’ala mengabarkan tentang sosok Fir’aun bahwa ia berkata,

أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ وَلَا يَكَادُ يُبِينُ

“Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini, yang hampir tidak bisa menjelaskan perkataanya?” (QS. Az-Zukhruf: 52). Maksudnya tidak fasih dalam berbicara.

Namun meskipun Nabi Musa ‘alaihissalam bukanlah orang yang lihai berbicara, umat beliau merupakan umat terbanyak pengikutnya setelah umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Beliau menyampaikan apa yang telah diberikan kepadanya berupa ilmu dan kefasihan sesuai kemampuan dan kekuatan yang dapat ia kerahkan. Jangan sampai rasa malu karena tidak fasih berbicara menghalangimu dari menyampaikan kebaikan kepada selainmu.

Dakwah kepada Allah bukan hanya sebatas wejangan dari atas mimbar. Bukan pula nasihat dalam perkumpulan. Akan tetapi dakwah itu sesungguhnya bermacam-macam. Mengingkari seseorang dari berkhalwat  adalah dakwah. Mengokohkan jalan-jalan kebaikan dengan harta adalah keutamaan. Memudahkan jalan-jalan dakwah juga merupakan dakwah. Dengan begitu, masyarakat meskipun berbeda-beda golongan dapat menjadi dai yang menyeru kepada Allah dengan kekayaan, lisan, maupun tulisan.”

*) Diterjemahkan secara bebas dari kitab beliau, Khuthuwat ila as-Sa’adah, hal. 55 [cetakan ke-4 / 1427 H]

Di bawah purnama
Jumat malam, 13 Safar 1436 H / 5 Desember 2014 M